Terjaga lebih pagi dari matahari
Langkahkan kaki saat langit belum juga terang
Untuk pertarungan demi mencapai tempat penghidupan
Berlomba dengan detik waktu yang terasa makin mahal
Kotak-kotak besi bermesin berderet panjang
Seakan berbaris untuk menuju surga
Ditemani hangatnya berita koran pagi dan detik.com
Saat radio mentransmisi celoteh para penyiar kondang
Kepulan asap hitam meningkahi bising deru corong knalpot
Dan sumpah serapah pun menambah semaraknya pagi ini
Dalam pengapnya ruang sempit metromini dan kopaja
Atau dalam ruang transjakarta yang sedikit lebih nyaman
Berjejalnya spektrum warna warni penghuni metropolis
Mencoba membunuh bosan dengan caranya masing-masing
Gosip pagi hari para wanita karir,
Autisme massal ala Blackberry dan ipod,
Curhatan hati siswa-siswi berseragam,
Atau mencuri sedikit lelap diatas kursi plastik keras
Harmonisasi medley persembahan para musisi jalanan
Mungkin sedikit bisa menetralisasi stres tanggal tua
Jalan panjang dari pinggiran kota yang sedikit usang
Menuju koloni gedung pencakar langit di Sudirman
Refleksi kemegahan imperial seperti berucap selamat pagi
Salam bersahaja dari sombongnya gedung-gedung tinggi
Salam hangat dari sang Batavia yang congkak namun menyenangkan
Yang rasanya sulit untuk diabaikan oleh siapapun
Dan saat destinasi akhir pun akhirnya terlihat, meringkasi pagi
Satu pagi yang biasa di Jakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar